Sumatera Barat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sumatera Barat adalah salah satu
provinsi di
Indonesia yang terletak di pesisir barat
pulau Sumatera dengan ibu kota
Padang. Sumatera Barat berbatasan langsung dengan
Samudra Hindia di sebelah barat,
Jambi dan
Bengkulu di selatan,
Riau di timur, dan
Sumatera Utara di utara. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik, Sumatera Barat merupakan salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan.
[4]
Provinsi yang identik dengan kampung halaman
Minangkabau[5] ini memiliki luas 42.297,30 km
2, terdiri dari 12
kabupaten dan 7
kota dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa,
[2] serta memiliki 391
pulau yang 191 di antaranya belum bernama. Sementara pembagian wilayah administratif sesudah
kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali
kabupaten Kepulauan Mentawai) adalah bernama
nagari—sebelumnya tahun
1979 diganti dengan nama
desa, namun sejak
2001 dikembalikan pada nama semula.
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan
gempa di Indonesia, disebabkan letaknya yang secara tektonik berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (
lempeng Eurasia dan
lempeng Indo-Australia) dan
patahan (sesar) Semangko,
[6] ditambah aktifitas
gunung berapi yang masih aktif. Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah
Gempa bumi 30 September 2009 dan
Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010.
Sejarah
Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari
Kerajaan Pagaruyung.
Namun wilayah Sumatera Barat saat ini tidak mencerminkan keseluruhan
luas dari wilayah Kerajaan pagaruyung. Hal ini tidak terlepas dari
penguasaan penjajah yang telah memecah wilayah Pagaruyung hingga
menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang dikenal saat
ini.
Bermula dari pemerintahan kolonial
Inggris
di Sumatera pada tahun 1811 yang memilih pusat pemerintahannya di
Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan dalam wilayah pesisir
Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari bagian
Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur
Jenderal
Raffles
membentuk kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta rangkaian mata
rantai sebaran etnis Minang pesisir yang tidak terputus di sepanjang
pesisir Barat Sumatera pada masa itu. Setelah penyerahan wilayah
Sumatera kepada
Kerajaan Belanda pasca rekapitulasi
Napoleon di
Eropa, Inggris hanya menyisakan wilayah
Bengkulu
sebagai basisnya di Sumatera yang berakses ke Samudera Hindia. Dalam
hal ini penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak oleh Inggris dengan
memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam administrasi
Bengkulu. Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan kolonial
Hindia Belanda tahun 1824, wilayah Mukomuko tetap dipertahankan dalam administratif
Bengkulu.
Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatera Barat pasca penyerahan dari Inggris, bersamaan dengan saat terjadinya
Perang Padri
yang mengoyak bumi Pagaruyung. Perang yang sejatinya bermula dari
konflik internal masyarakat Minangkabau sejak tahun 1803, berubah
menjadi perang besar setelah Belanda melibatkan diri dalam konflik
tersebut pada tahun 1821. Belanda yang berniat menguasai daerah
Pagaruyung, memihak dan membantu golongan adat dan bangsawan yang
berperang melawan golongan Ulama Pembaharuan (Paderi). Perang diakhiri
dengan kekalahan pihak pejuang Paderi pada tahun 1837 dan benteng
terakhir kaum Paderi di
Dalu Dalu Rokan Hulu ditaklukkan. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabat
Yang Dipertuan Pagaruyung, dan berakhirnya
Perang Padri, kawasan ini menjadi dalam pengawasan
Belanda.
[7]
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial
Hindia Belanda pasca
Perang Paderi, daerah ini tergabung dalam
Gouvernement Sumatra's Westkust. Dalam hal ini meliputi wilayah Pagaruyung ditambah wilayah
Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Selanjutnya wilayah
Gouvernement Sumatra's Westkust diperluas oleh pemerintahan kolonial
Hindia Belanda hingga juga mencakup daerah
Tapanuli, dan
Singkil.
Hal ini mendapat protes keras dari tokoh adat Minangkabau yang tidak
menyetujui dimasukkannya wilayah pedalaman Tapanuli yang bersuku Batak
ke dalam
Gouvernement Sumatra's Westkust, kecuali sepanjang daerah pesisir yang beretnis Minang. Kemudian pada tahun
1905 wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi
Residentie Tapanuli. Sedangkan wilayah
Singkil diberikan kepada
Residentie Atjeh. Wilayah Bengkulu kembali menjadi sebuah wilayah
Residentie Bengkulu.
Wilayah Minangkabau menyisakan
Residentie Padangsche Benedenlanden dan
Residentie Padangsche Bovenlanden.
Dalam hal ini minus Mukomuko dan daerah pesisir dari Natal hingga
Singkil yang beretnis Minang pesisir. Namun saat dilakukan pelepasan
wilayah
Residentie Tapanuli tersebut, oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda, dilepaskan pula beberapa wilayah Minangkabau pedalaman yaitu : wilayah
Rokan Hulu dan wilayah
Kuantan Singingi yang diberikan kepada
Residentie Riouw yang baru dibentuk saat itu pasca pemecahan
Gouvernement Sumatra's Oostkust. Wilayah
Kerinci diserahkan kepada
Residentie Djambi yang juga baru dibentuk pada periode yang hampir bersamaan.
Kemudian pada tahun
1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi
Residentie Sumatra's Westkust. Pemerintahan kolonial
Hindia Belanda menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia yang beretnis non Minangkabau ke dalam
Residentie Sumatra's Westkust. Selanjutnya pada tahun
1935 wilayah
Kerinci digabungkan ke dalam
Residentie Sumatra's Westkust.
[8]
Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi
Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah
Kampar /
Bangkinang dikeluarkan dari
Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah
Rhio Shu.
Pada awal
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi
Sumatera yang berpusat di
Bukittinggi. Pada tahun 1949,
Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga provinsi, yakni
Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, dan
Sumatera Selatan. Sumatera Barat beserta
Riau dan
Jambi merupakan bagian dari keresidenan di dalam
Provinsi Sumatera Tengah .
Pasca kekalahan PRRI di Sumatera, berdasarkan
Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, oleh Pemerintah Pusat,
Provinsi Sumatera Tengah kemudian dipecah lagi menjadi 3 provinsi yakni
Provinsi Sumatera Barat,
Provinsi Riau, dan
Provinsi Jambi.
Provinsi Sumatera Barat
memperoleh bagian wilayah yang paling kecil di antara ketiga provinsi
baru ini, karena beberapa wilayah bersuku Minang dilepaskan dari induk
rumpunnya.
Wilayah
Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten
Pesisir Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam
Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah
Kampar,
Rokan Hulu, dan
Kuantan Singingi yang bersuku, berbudaya, dan berbahasa Minang semuanya ditetapkan masuk ke dalam wilayah
Provinsi Riau. Pada awalnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini adalah masih tetap di kota
Bukittinggi. Kemudian ibukota dipindahkan ke kota
Padang berdasarkan SK. Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mai 1958 secara de facto menetapkan kota
Padang menjadi ibukota
Provinsi Sumatera Barat.
Geografi
Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah
pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh
Bukit Barisan. Luas daratan provinsi ini adalah 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas
Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi
hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan
Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km².
[9] Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat
tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6° C sampai 31,5° C.
Garis khatulistiwa tepat melalui provinsi ini di kecamatan Bonjol, kabupaten Pasaman. Beberapa
sungai besar yang bermuara di timur Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah
Batang Hari,
Siak,
Inderagiri (disebut sebagai
Batang Kuantan di bagian hulunya), dan
Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, seperti
Batang Anai,
Batang Arau, dan
Batang Tarusan.
Terdapat 29
gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan
Gunung Talamau di
kabupaten Pasaman Barat sebagai gunung tertinggi, yaitu 2.913 m. Sedangkan
Gunung Marapi di
kabupaten Agam merupakan gunung aktif yang tingginya 2.891 m. Gunung aktif lainnya adalah
Tandikat dan
Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah
Singkarak di
kabupaten Solok dan
kabupaten Tanah Datar, disusul
Maninjau di
kabupaten Agam.
Dengan luas yang mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau
terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya
terdapat di kabupaten Solok yaitu
Danau Talang dan
Danau Kembar (julukan dari
danau Diatas dan
danau Dibawah).
Keanekaragaman hayati
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya
dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih
merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka
masih dapat dijumpai, misalnya
Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia),
harimau sumatera,
siamang,
tapir,
rusa,
beruang, dan berbagai jenis
burung dan
kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu
Taman Nasional Siberut yang terdapat di
pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan
Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat,
Jambi,
Bengkulu, dan
Sumatera Selatan.
Selain kedua Taman Nasional tersebut terdapat juga beberapa cagar
alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai,
Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Air Putih di daerah Kelok
Sembilan, Cagar Alam Lembah Harau, Cagar Alam Beringin Sakti dan
Taman Raya Bung Hatta.
Sumber daya alam
Sumber daya alam yang ada di Sumatera Barat adalah berupa
batubara, batu besi, batu galena,
timah hitam,
seng,
mangan,
emas,
batu kapur (semen),
kelapa sawit,
kakao,
gambir dan hasil
perikanan.
Kependudukan
Suku bangsa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan
suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula
suku Batak dan
suku Mandailing.
Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota
Padang terdapat etnis
Tionghoa,
Tamil dan
suku Nias dan di beberapa daerah
transmigrasi seperti di (
Sitiung,
Lunang Silaut,
Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula
suku Jawa. Sebagian di antaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari
Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950an. Oleh
Presiden Soekarno
saat itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal
ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca
rekapitulasi
PRRI di
Provinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu.
Selain itu juga terdapat beragam suku nusantara lainnya yang masuk
pasca kemerdekaan sebagai perantau dan pekerja di berbagai bidang.
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu
Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa
dialek, seperti dialek
Bukittinggi, dialek
Pariaman, dialek
Pesisir Selatan, dan dialek
Payakumbuh. Di daerah
Pasaman dan
Pasaman Barat yang berbatasan dengan
Sumatera Utara, dituturkan juga
Bahasa Batak dan
Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah
kepulauan Mentawai digunakan
Bahasa Mentawai.
Agama
Islam adalah
agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat, yang kebanyakan pemeluknya adalah
orang Minangkabau. Selain itu ada juga yang beragama
Kristen terutama di
kepulauan Mentawai sekitar 1,6%,
Buddha sekitar 0,26%, dan
Hindu sekitar 0,01%, yang dianut oleh penduduk bukan orang Minangkabau.
Berbagai
tempat ibadah yang dapat dijumpai di setiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat didominasi oleh
masjid dan
musala. Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di
kota Padang yang saat ini pembangunannya masih dalam tahap penyelesaian. Sedangkan masjid tertua di antaranya adalah
Masjid Raya Ganting di kota Padang dan
Masjid Tuo Kayu Jao di
kabupaten Solok.
Arsitektur khas Minangkabau mendominasi baik bentuk masjid maupun
musala. Seperti masjid Raya Sumatera Barat yang memiliki bangunan
berbentuk
gonjong, dihiasi ukiran Minang sekaligus
kaligrafi, dan tidak memiliki
kubah. Ada juga masjid dengan
atap yang terdiri dari 3 sampai 5 lapis yang makin ke atas makin kecil dan sedikit cekung seperti
Masjid Tuo Kayu Jao.
Pemerintahan
Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang
gubernur yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai
pemerintah daerah juga berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam
Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan
Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.
Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten
dan kota bukan subordinat, masing-masing pemerintahan daerah tersebut
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
Perwakilan
Berdasarkan
Pemilu Legislatif 2009, Sumatera Barat mengirimkan 14 wakil ke
DPR RI dari dua daerah pemilihan dan empat wakil ke
DPD. Sedangkan untuk
DPRD Sumatera Barat tersusun dari perwakilan sepuluh
partai, dengan perincian sebagai berikut:
[10][12]
Pemerintahan nagari
Sampai tahun
1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah
nagari,
yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya
Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, status
nagari dihilangkan diganti dengan
desa, dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya menjadi desa. Kedudukan
wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh para
kepala desa. Namun sejak bergulirnya reformasi pemerintahan dan otonomi daerah, maka sejak pada tahun
2001, istilah "Nagari" kembali digunakan di provinsi ini.
Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang
otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur
tata kehidupan anggotanya
[13],
sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku di
Indonesia, sekarang pemerintah provinsi Sumatera Barat menetapakan
pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah
kabupaten mengantikan istilah
pemerintah desa yang digunakan sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan
kota masih sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah.
Nagari pada awalnya dipimpin secara bersama oleh para
penghulu atau
datuk di nagari tersebut, kemudian pada masa pemerintah
Hindia-Belanda dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut untuk menjadi
wali nagari. Kemudian dalam menjalankan pemerintahannya, wali nagari dibantu oleh beberapa orang kepala jorong atau
wali jorong, namun sekarang dibantu oleh
sekretaris nagari (setnag) dan beberapa
pegawai negeri sipil (PNS) bergantung dengan kebutuhan masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh
anak nagari (penduduk nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan.
Dalam sebuah nagari dibentuk
Kerapatan Adat Nagari, yakni lembaga yang beranggotakan
Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari
Alim Ulama,
Cadiak Pandai (kaum intelektual) dan
Niniak Mamak para pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan
Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam sistem administrasi desa. Keputusan keputusan penting yang
akan diambil selalu dimusyawarahkan antara wali nagari dan Tungku Tigo
Sajarangan di Balai Adat atau Balairung Sari Nagari.
Pendidikan
Sumatera Barat pernah menjadi pusat pendidikan di pulau
Sumatera, terutama dalam pendidikan
Islam dengan
surau sebagai basis utama tempat pendidikan.
[14] Pada masa kolonial penjajahan
Belanda pendidikan Islam begitu dipinggirkan dibandingkan dengan pendidikan model
Hindia Belanda yang dianggap lebih modern.
[15]
Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia, di provinsi ini mulai banyak
bermunculan lembaga pendidikan terutama sekitar tahun 1950-an.
[8] Hampir di setiap kabupaten dan kota dalam provinsi ini telah memiliki
perguruan tinggi, dan sebahagian besar berada di
kota Padang.
Perekonomian
Secara bertahap perekonomian Sumatera Barat mulai bergerak positif setelah mengalami tekanan akibat dampak
gempa bumi tahun 2009
yang melanda kawasan tersebut. Dampak bencana ini terlihat pada
triwulan IV-2009, dimana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun
demikian pertumbuhan ini relatif lebih baik dibandingkan perhitungan
sebelumnya yang diperkirakan akan terjadi kontraksi 0,14%. Secara
keseluruhan, pada tahun 2009 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar
4,16%, lebih baik dibandingkan perkiraan semula sebesar 3,92%. Dan pada
triwulan I-2010 perekonomian Sumatera Barat diperkirakan akan dapat
tumbuh sebesar 3,56%
[16].
Tenaga kerja
Sebagaimana di daerah lainnya di
Indonesia,
pengangguran juga merupakan masalah yang belum teratasi di Sumatera
Barat. Terhitung pada Februari 2010, jumlah angkatan kerja Sumatera
Barat mencapai 2.273.111 orang, bertambah 92.145 orang dibandingkan
dengan jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 sebesar 2.180.966 orang.
Selanjutnya jumlah penduduk yang bekerja di Sumatera Barat pada
Februari 2010 telah mencapai 2.101.000 orang, bertambah sekitar 93.000
orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2009 sebesar 2.008.000 orang.
Sedangkan jumlah
pengangguran
pada Februari 2010 mengalami sedikit penurunan dibanding dengan keadaan
pada Februari 2009 yaitu dari 172.253 orang menjadi 172.084 orang pada
Februari 2010, dimana terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki dari
97.690 orang pada Februari 2009 menjadi 89.187 orang pada Februari 2010
namun sebaliknya terjadi peningkatan jumlah penganggur perempuan dari
74.563 orang pada Februari 2009 menjadi 82.897 orang pada Februari 2010
[17].
Pertanian & Perkebunan
Pada triwulan I-2010, sektor
pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh menggeliatnya subsektor tanaman
perkebunan. Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan dapat mencapai 6,41%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,87%
[16].
Industri
Industri
Sumatera Barat didominasi oleh industri skala kecil atau rumah tangga.
Jumlah unit industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit
industri kecil dan 234 unit industri besar menengah, dengan perbandingan
203 : 1. Pada tahun 2001 investasi industri besar menengah mencapai Rp
3.052 miliar, atau 95,60% dari total investasi, sedangkan industri kecil
investasinya hanya Rp. 1.412 miliar atau 4,40% saja dari total
investasi. Nilai produksi industri besar menengah tahun 2001 mencapai
Rp. 1.623 miliar, yaitu 60 % dari total nilai produksi, dan nilai
produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 miliar, atau 40% dari
total nilai produksi
[18].
Jasa
Kembali bergeraknya perekonomian Sumatera Barat pasca gempa serta
semakin pulihnya perekonomian global terutama zona Sumatera bagian
tengah juga merupakan faktor pendorong bergeraknya kembali sektor jasa
(7,38%)
[16] walau tidak setinggi dibandingkan dengan pertumbuhan provinsi lain di sekitarnya.
Pertambangan
Sumatera Barat memiliki potensi bahan tambang golongan A, B dan C. Bahan tambang golongan A, yaitu
batu bara terdapat di kota
Sawahlunto. Sedangkan Bahan tambang golongan B yang terdiri dari
air raksa,
belerang,
pasir besi,
tembaga,
timah hitam dan
perak menyebar di wilayah kabupaten
Sijunjung,
Dharmasraya,
Solok,
Solok Selatan,
Lima Puluh Kota,
Pasaman, dan
Tanah Datar. Bahan tambang golongan C menyebar di seluruh kabupaten dan kota, sebagian besar terdiri dari
pasir,
batu dan
kerikil[18].
Ekspor & Impor
Karena masih tingginya harga
CPO dan
karet
di pasar internasional, kondisi ini akan semakin meningkatkan kinerja
net-ekspor Sumatera Barat yang memiliki komoditas unggulan CPO dari
kelapa sawit
dan karet. Dan hal ini juga akan berimplikasi pada semakin
menggeliatnya subsektor perkebunan, sehingga pertumbuhan sektor
pertanian pada triwulan II-2010 secara umum akan mengalami peningkatan
[16].
Keuangan & Perbankan
Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2010
menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi pasca
gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar menunjukkan arah
positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat. Proses
intermediasi perbankan umum di Sumatera Barat berlangsung dengan baik,
meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan aset pada triwulan
sebelumnya
[16].
Transportasi
Transportasi udara dari dan ke Sumatera Barat saat ini melalui
Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM). Bandar Udara kebanggaan masyarakat Sumatera Barat ini berada di
kabupaten Padang Pariaman, lebih kurang 20 km dari pusat
kota Padang. Bandar Udara ini mulai aktif beroperasi pada akhir tahun
2005 menggantikan
Bandar Udara Tabing.
Transportasi darat untuk angkutan umum di kota Padang berpusat di
Terminal Bingkuang Air Pacah.
Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP)
dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam
provinsi dari Terminal Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal
angkutan umum tiap
kota atau
kabupaten di Sumatera Barat. Sedangkan untuk kota Bukittinggi berpusat di
Terminal Aua Kuniang, untuk
kota Payakumbuh berpusat di
Terminal Koto Nan Ampek, dan
kota Solok berpusat di
Terminal Bareh Solok.
Untuk transportasi darat lainnya,
kereta api masih digunakan untuk jalur dari kota
Padang sampai ke kota
Sawahlunto, yang melalui kota
Padangpanjang dan kota
Solok, pada jalur ini, kereta api dipergunakan sebagai sarana pengangkutan
batubara. Selain itu dari kota Padangpanjang ini juga ada jalur kereta api menuju ke kota
Payakumbuh yang melewati kota
Bukittinggi, namun sudah tidak aktif lagi. Sedangkan untuk jalur kereta api dari kota Padang menuju kota
Pariaman, masih digunakan untuk angkutan penumpang.
Transportasi laut dari dan ke Sumatera Barat berpusat di
Pelabuhan Teluk Bayur, kota Padang. Sedangkan untuk jarak dekat terutama untuk kapal ukuran sedang berpusat di
Pelabuhan Muara, pelabuhan ini antara lain juga melayani transportasi menuju ke
kabupaten Kepulauan Mentawai dengan menggunakan kapal feri atau
speed boat. Pelabuhan ini juga menjadi tempat bersandar kapal-kapal pesiar (
yacht) dan kapal-kapal nelayan.
Pariwisata, Seni dan Budaya
Pariwisata
Sumatera Barat memiliki hampir semua jenis
objek wisata alam seperti
laut,
pantai,
danau,
gunung dan
ngarai, selain objek wisata budaya. Akomodasi
hotel sudah mulai banyak mulai dari kelas melati sampai bintang empat. Agen tour dan travel di bawah keanggotaan
ASITA
Sumatera Barat sudah lebih dari 100 buah. Untuk melengkapi fasilitas
penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta api wisata yang
beroperasi pada jam-jam tertentu.
Objek-objek wisata yang dikunjungi para wisatawan di antaranya,
Jembatan akar di kecamatan
Bayang; Rumah Gadang Mande Rubiah di
Lunang; Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan
Pancung Soal;
Pulau Cingkuak dengan peninggalan Benteng
Belanda dan
Puncak Langkisau di
Painan, kabupaten
Pesisir Selatan,
Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embum Pagi di
kabupaten Agam,
Lembah Anai;
Istano Basa Pagaruyung,
Danau Singkarak di
kabupaten Tanah Datar,
Danau Talang;
Danau Diatas dan
Danau Dibawah dikenal juga dengan sebutan
Danau kembar di
kabupaten Solok, Panorama
Ngarai Sianok;
Benteng Fort de Kock;
Jam Gadang di
kota Bukittinggi, Pantai Air Manis; Pantai Muaro; Pantai Caroline;
Pulau Sikuai di
kota Padang, Tempat wisata Harau di
kabupaten Lima Puluh Kota, Tempat wisata Ngalau di
kota Payakumbuh, Candi Padang;
Prasasti Padang Roco di
Kabupaten Dharmasraya, Pantai Kata;
Pantai Gandoriah di
kota Pariaman, Pantai Arta; Malibo Anai di
kabupaten Padang Pariaman.
Sementara itu berbagai informasi dan literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan
Minangkabau
secara umum dapat dijumpai di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan
Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata
Perkampungan Minangkabau (
Minangkabau Village) di
kota Padang Panjang.
Di PDIKM terdapat berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar,
pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat
kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci
khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era
1980'an. Selain itu sumber literatur lain dapat ditelusuri di
Perpustakaan
KITLV (
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di Perpustakaan
Universitas Leiden, dua-duanya di
Leiden,
Belanda.
Olahraga
Provinsi
Sumatera Barat memiliki beberapa event olahraga yang berskala lokal,
nasional maupun internasional dalam meningkatkan pariwisatanya, di
antaranya lomba
pacu kuda.
Perlombaan pacu kuda ini sudah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari
budaya masyarakat Minangkabau khususnya, saat ini sudah menjadi
rangkaian perlombaan dengan beberapa kota/kabupaten lain di Sumatera
Barat yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah satu kali tiap
tahunnya, sementara pesertanya juga ada dari luar Sumatera Barat.
[19] Beberapa lapangan pacuan kuda tersebut tersebar di kota dan kabupaten yang ada dalam provinsi ini. Kota Padang dengan
Lapangan Pacuan Kuda Tunggul Hitam, Kota Bukittinggi dengan
Lapangan Pacuan Kuda Bukit Ambacang, Kota Payakumbuh dengan
Lapangan Pacuan Kuda Kubu Gadang, Kota Padangpanjang dengan
Lapangan Pacuan Kuda Bancah Laweh, Kota Solok dengan
Lapangan Pacuan Kuda Ampang Kualo, Kota Sawahlunto dengan
Lapangan Pacuan Kuda Bukit Kandih, Kabupaten Tanah Datar dengan
Lapangan Pacuan Kuda Bukit Gombak, Kabupaten Padang Pariaman dengan
Lapangan Pacuan Kuda Balah Aie.
Sementara
Tour de Singkarak pada tahun 2011, memasuki tahun ketiganya. Kejuaraan ini secara resmi telah menjadi agenda perhelatan tahunan
Union Cycliste Internationale
(UCI). Tour de Singkarak melombakan tujuh etape melintasi 12
kabupaten/kota di Sumatera Barat dengan total jarak 743.5 kilometer.
Perincian etape tersebut adalah Etape I Padang, Etape II Padang –
Pariaman, Etape III Pariaman – Bukittinggi, Etape IV Bukittinggi –
Payakumbuh, Etape V Payakumbuh – Sawahlunto, Etape VIA Sawahlunto –
Pagaruyung, Etape VIB Pagaruyung – Padangpanjang dan Etape VII Padang
Panjang –
Danau Singkarak. Beberapa kawasan wisata menjadi bagian dari jalur lintasan lomba termasuk
Lembah Harau,
Danau Maninjau,
Kelok 44, dan danau kembar
Diatas dan
Dibawah.
[20]
Disisi lain, cabang olahraga
perahu naga (
dragon boat) juga rutin dilaksanakan di Sumatera Barat. Seperti kejuaraan Perahu Naga Internasional di
Padang yang mendatangkan peserta dari mancanegara dan luar
provinsi, dan kejuaraan Dayung Tradisional di
Pantai Carocok,
Painan dan
Dharmasraya.
Musik
Nuansa
Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur
dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap
karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa
diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa
diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari
instrumen alat musik tradisional
saluang,
bansi,
talempong,
rabab, dan
gandang tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama
sijobang[21].
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini
pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan
kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang
dengan kebiasaan pergi
merantau.
Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan munculnya
seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik
tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera
Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya
Orkes Gumarang.
Elly Kasim,
Tiar Ramon dan
Yan Juned adalah penyanyi daerah Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini.
Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat antara lain:
Tanama Record,
Planet Record,
Pitunang Record,
Sinar Padang Record,
Caroline Record yang terletak di
kota Padang dan
Minang Record,
Gita Virma Record yang terletak di
kota Bukittinggi.
Saat ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di Sumatera Barat bernaung dibawah organisasi
PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik Rekaman Indonesia) dan
PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis
Minangkabau dan etnis
Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama
Islam, keunikan adat
matrilineal dan kebiasan
merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya
Tari Pasambahan,
Tari Piring,
Tari Payung dan
Tari Indang.
Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau
lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut
silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (
acting) yang dikenal dengan nama
Randai[22].
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut
Turuk Laggai. Tarian
Turuk Langai
ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun
disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari
monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya
[23].
Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut
Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun.
[24] Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah
surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang,
[25] umumnya berbahan
kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk
kerbau, masyarakat setempat menyebutnya
Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng.
Rumah Bagonjong[26] ini menurut masyarakat setempat diilhami dari
tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan
kapal dari
laut.
Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi
menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.
[27]
Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk
rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter
yang disebut dengan
uma.
[28] Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi
uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional Sumatera Barat adalah
Keris.
Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah
depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap
acara resmi ada terutama dalam acara
malewa gala atau pengukuhan
gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara
majlis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya
baralek. Berbagai jenis senjata juga pernah digunakan seperti
tombak,
pedang panjang,
panah,
sumpit dan sebagainya.
Makanan dan Minuman
Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan
masakan Padang dan
restoran Padang. Masakan Padang terkenal dengan citarasa yang pedas, serta dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru
Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri
[29].
Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah
Rendang,
Sate Padang,
Dendeng Balado,
Itiak Lado Mudo,
Soto Padang, dan
Bubur Kampiun.
Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti
kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, dan
Karupuak Balado.
Selain itu Sumatera Barat, juga menghasilkan Kopi Luwak (Kopi Cirik
Musang) yang berasal dari wilayah Batang Palupuah, Bukittinggi.
Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas
daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya:
kota Padang terkenal dengan
bengkuang,
kota Padangpanjang terkenal dengan
pergedel jaguang,
kota Bukittinggi dengan
karupuak sanjai,
kota Payakumbuh dengan
galamai.
Pers dan media
Hampir keseluruhan saluran stasiun televisi nasional telah dapat
menjangkau kawasan Sumatera Barat. Selain itu provinsi ini juga memiliki
beberapa stasiun televisi lokal, seperti
TVRI Sumatera Barat,
Padang TV,
Minang Televisi,
TV E,
Favorit TV dan
Bukittinggi Televisi (BiTV).
Rata-rata disetiap kabupaten dan kota di provinsi ini telah memiliki
pemancar radio selain milik pemerintah juga swasta, seperti
RRI Padang, Radio Classy FM, Radio Jelita FM, Radio SK FM, Radio Fanesa 5 FM dan sebagainya.
Sumatera Barat juga banyak memiliki media cetak jenis surat di antaranya
ANTARA (Kantor Berita Indonesia) Biro Sumbar,
[30] Harian Padang Ekspres,
Harian Haluan,
Harian Singgalang dan lain-lain. Media cetak tersebut juga tersedia dan dapat diakses secara
online melalui
internet.
Pada awalnya
Sumatera Courant merupakan koran pertama yang terbitkan di Sumatera Barat oleh pemerintah
Hindia-Belanda pada tahun
1862. Selanjutnya tahun
1877 terbit
Padangsche Handelsblad milik swasta. Kedua surat kabar ini menggunakan
bahasa Belanda, dan baru pada tahun
1890 terbit surat kabar bulanan
Pelita Kecil yang telah menggunakan
bahasa Melayu.
[31]
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat